Coba kita bertanya pada diri masing-masing,apa yang kita ingat pertama kali jika ada yang menyebutkan kata “sekolah", coba kita tebak, pasti Pendidikan. Ingat sekolah ingat pendidikan, ingat pendidikan ingat sekolah.
Seolah-seolah keduanya identik,padahal tidak! Pendidikan itu jauh lebih tua dari sekolah. Sejak awal peradaban manusia,pendidikan telah terlaksana dengan berbagai cara. Sementara sekolah adalah produk dari perkembangan zaman yang kita terapkan.
Pendidikan juga mencakup bidang yang jauh lebih luas daripada sekolah. Bidang cakupnya seluas kehidupan ini. Pendidikan adalah dimana tempat manusia belajar tentang kehidupan,belajar hidup. Oleh karenanya,pendidikan dipahami sebagai holistic. Menyangkut seluruh kepribadian manusia: intelektualitas, mentalitas dan moralitasnya, individualitas dan sosialitasnya.
Sebab itu, ketika kita menyamaratakan keduanya – sekolah dan pendidikan-, kita menghadapi persoalan yang amat serius. Pendidikan lalu memperoleh arti yang terlampau sempit dan sebaliknya sekolah memberi kita peran yang terlampau besar. Pendidikan hanya diartikan sebagai upaya menghasilkan orang-orang pintar, sedangkan sekolah adalah pabrik pengolah serta pencetaknya.
‘Orang terdidik’ adalah ‘orang sekolahan’. Ijazah,bukan kepribadian,yang menentukan gelar, bukan karakter yang menjadi jaminan.
Sekolah pun cenderung semakin mengasingkan orang dari masyarakat. Sekolah menjadi semacam menara gading dimana kaum elitis berdiam. Di luar menara, yang ada Cuma orang-orang tidak mampu merasakan sekolahan bahkan terkesan sebagai orang-orang yang tidak pantas diperhatikan,apalagi didengar. Padahal kehidupan yang sebenarnya justru berada di sana, di luar menara!.
Pendidikan adalah media dalam menumbuhkan kepekaan serta kesetiakawanan sosial, khususnya dengan mereka yang tertindas oleh sistem dan struktur yang ada dalam masyarakat. Pendidikan adalah justru untuk mereka, kaum yang termarjinalkan oleh masyarakat. Agar mereka menyadari harkat dan martabat mereka.Dan, oleh karena itu ,proses pendidikan tidak boleh menjadi tempat pembuatan ataupun pencetakan untuk sebuah status sosial.
Sederhana saja, saat ini peran sekolah terkesan hanya untuk mencetak robot-robot anti-sosial, seharusnya sekolah merupakan tempat untuk proses penyadaran dan pengembangan potensi masyarakat dalam kehidupan sosialnya sehari-hari.
Robot-robot hasil sekolahan adalah hasil olahan yang penurut. Mempunyai Otak yang cerdas tapi dengan hati nurani yang tumpul. Sebab mudah sekali mereka menjadi tidak terkendalikan, sangat tergantung kepada apa dan siapa yang mem’program’nya. Membawa dampak buruk dalam kehidupan sehari-hari,oleh karena itu kita harus melatih diri kita untuk berpikir kritis dan bersikap mandiri agar tidak terpengaruh dampak buruk dari pabrik yang disebut dengan sekolah.
Sekolah sebaiknya kembali kepada Hakikatnya PENDIDIKAN
Oleh: Denny Maruli Silaen
Oleh: Denny Maruli Silaen
Komentar
Posting Komentar